Al-I’tiroof
Puji-pujian dari syair Al-I’tiroof sering mengumandang di mesjid-mesjid dan tempat-tempat pengajian rutin ibu-ibu atau bapak-bapak. Tetapi seperti telah menjadi kejadian umum judul dari syair lagu tersebut tidak tahu, tahunya hanya Ilaahiilast saja. Padahal judul syair tersebut A-I’tiroof diindonesiakan Sebuah Pengakuan. Tidak akan terjadi kejadian seperti itu, bila penyampaianya jelas, tahu asal usulnya dan disampaikannya secara benar. Diperparah seorang Ustadz, di suatu daerah di depan jemaahnya, bahwa yang sering digemakan puji-pujian syair yang berjudul Al-I’tiroof/Sebuah Pengakuan, itu adalah hadis.
Mengapa para Seniman, Penulis, begitu tertib mancarikan asal usul sumber lagu atau tulisan sebelum dinyanyiterbitkan atau ditulisterbitkannya? Sedangkan Ustadz, Penceramah dan yang disebut sejenisnya menyampaikan risalah Tuhan dan/atau menyampaikan batasan agama sebegitu gegabahnya? Bagaimana akibatnya nanti bila terjadi kesimpangsiuran dan/atau tercampurnya yang jelas-jelas hak dengan yang kurang atau yang tidak hak sama sekali?
Maaf. Kemungkinan penyampai kurang tahu sumber materi, memahami dan sebagainya yang akan disampaikan, bisa jadi karena tiba-tiba sedang/akan menjadi hadirin saja dipaksa harus berceramah, bisa jadi karena desakan materi misalnya sehingga asal berkata/asal bunyi menurutnya tidak akan tahu ini, bisa jadi disampaikannya kembali karena itu sebuah perkataan keramat gurunya walaupun itu keliru, salah besar yang tanpa ia sadari, bisa jadi karena Si Penyampai tidak perlu lagi membaca menghafal kitab-kitab batasan itu, karena sudah dipahami sudah hafal di luar kepala, ternyata begitu disampaikan mendadak lupa atau dikarenakan keterbatasan lainnya? Entah.
Kemungkinan termasuk salah satu pelurusan, Al-I’tiroof/Sebuah Pengakuan, yang saya kutip dari buku kecil kaset produksi M Record, Orchestra Cinta Rasul, pengatur musik Dwiki Dharmawan, Catatan A-I’tiroof/Sebuah Pengakuan tersebut di halaman 19, bukan hadis:
Abu Nawas yang di Indonesia dikenal dengan cerita-ceritanya yang lucu, sebenarnya ia adalah seorang pujangga, penyair besar di zaman Abbasiyah.
Al-Hasan bin Hani begitu nama aslinya, hidup tahun 757 H-814 H. Oleh Raja Harun Ar-Rasyid di masa itu ia diangkat sebagai penyair kepercayaan raja.
Ia sangat dikagumi dan dikenal karena kepiawaiannya mengungkapkan kegemaran dan kesenangannya pada anggur dengan kalimat-kalimat yang indah.
Abu Nawas adalah seorang hedonis (orang yang memilih bersenang-senang sebagai jalan hidupnya).
Pada tahun-tahun terakhir kehidupannya ia bertaubat. Agaknya syair di bawah ini merupakan catatan perjalanan taubatnya.

Al-I’tiroof
Ilaahii lastu lilfirdausi ahlan
Walaa aqwaa ‘alannaaril jahiimi
Fahablii taubatan waghfir dzunuubi fa innaka ghoofirudzdzambil ‘azhiimi
Dzunuubii mitslu a’daadir rimaali
Fahablii taubatan yaa dzaljalaali
Wa ‘umrii naa qishun fiikulli yaumi
Wa dzambii zaaidun kaifah timaali
Illahii ‘abdukal ‘aashi ataaka muqirron bidzdzunuubi waqod da’aaka
Fa in taghfir fa anta lidzaaka ahlun
Wa in tadrud faman narjuu siwaaka

Diindonesiakan, secara bebas:
Sebuah Pengakuan
Ya Allah, hambaMu ini
Tidaklah layak memasuki surga FirdausMu
Tidak juga mampu
Menahan siksa api nerakaMu
Berilah hambaMu ini ampunan
Hapuskanlah dosa-dosaku
Sungguh hanya Engkaulah
Sang Maha Pengampun
Dosa-dosaku seperti butiran pasir di pantai
Anugrahilah ampunanMu wahai Yang Maha Agung
Umurku berkurang setiap hari
Sedang dosa-dosaku terus bertambah
Adakah jalan selamat bagiku
Ya Allah
HambaMu yang penuh maksiat ini bersimpuh menghadapMu
Mengakui dosa-dosanya, memohon maghfirohMu
Hanya Engkaulah Sang Pemilik Ampunan
Bila Engkau campakan aku
Kepada siapa dan
Ke mana aku mesti berharap selain dariMu
Fahablii taubatan yaa dzaljalaali
Wa ‘umrii naa qishun fiikulli yaumi
Wa dzambii zaaidun kaifah timaali
Illahii ‘abdukal ‘aashi ataaka muqirron bidzdzunuubi waqod da’aaka
Fa in taghfir fa anta lidzaaka ahlun
Wa in tadrud faman narjuu siwaaka

Diindonesiakan, secara bebas:
Sebuah Pengakuan
Ya Allah, hambaMu ini
Tidaklah layak memasuki surga FirdausMu
Tidak juga mampu
Menahan siksa api nerakaMu
Berilah hambaMu ini ampunan
Hapuskanlah dosa-dosaku
Sungguh hanya Engkaulah
Sang Maha Pengampun
Dosa-dosaku seperti butiran pasir di pantai
Anugrahilah ampunanMu wahai Yang Maha Agung
Umurku berkurang setiap hari
Sedang dosa-dosaku terus bertambah
Adakah jalan selamat bagiku
Ya Allah
HambaMu yang penuh maksiat ini bersimpuh menghadapMu
Mengakui dosa-dosanya, memohon maghfirohMu
Hanya Engkaulah Sang Pemilik Ampunan
Bila Engkau campakan aku
Kepada siapa dan
Ke mana aku mesti berharap selain dariMu
(Abu Nawas yang di Indonesia lebih dikenal cerita lucunya sebenarnya ia juga seorang filusuf).
Sedangkan batasan kata "hadis", menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Offline 1.1.5, adalah: (1) Sabda, perbuatan, takrir (ketetapan) Nabi Muhammad SAW. yang diriwayatkan atau diceritakan oleh sahabat untuk menjelaskan dan menentukan hukum Islam, (2) Sumber ajaran Islam yang kedua setelah Alquran. Dan menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI), W.J.S. Poerwadarminta, PN BALAI PUSTAKA, Jakarta 1982, halaman 338; hadis adalah riwayat atau cerita-cerita yang bertalian dengan sabda dan perbuatan Nabi Muhammad SAW.
Demikian, mudah-mudahan Al-I’tiroof/Sebuah Pengakuan, tidak ada lagi yang menyebutnya itu adalah hadis.
Bahan:
Buku syair kaset produk M Record, Orchestra Cinta Rasul, hal. 19-25, tahun penerbitan tidak tercantum.
KBBI Offline 1.1.5, hadis.
KUBI, W.J.S. Poerwadarminta, hadis, halaman 338, PN BALAI PUSTAKA, Jakarta 1982.
Sedangkan batasan kata "hadis", menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Offline 1.1.5, adalah: (1) Sabda, perbuatan, takrir (ketetapan) Nabi Muhammad SAW. yang diriwayatkan atau diceritakan oleh sahabat untuk menjelaskan dan menentukan hukum Islam, (2) Sumber ajaran Islam yang kedua setelah Alquran. Dan menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI), W.J.S. Poerwadarminta, PN BALAI PUSTAKA, Jakarta 1982, halaman 338; hadis adalah riwayat atau cerita-cerita yang bertalian dengan sabda dan perbuatan Nabi Muhammad SAW.
Demikian, mudah-mudahan Al-I’tiroof/Sebuah Pengakuan, tidak ada lagi yang menyebutnya itu adalah hadis.
Bahan:
Buku syair kaset produk M Record, Orchestra Cinta Rasul, hal. 19-25, tahun penerbitan tidak tercantum.
KBBI Offline 1.1.5, hadis.
KUBI, W.J.S. Poerwadarminta, hadis, halaman 338, PN BALAI PUSTAKA, Jakarta 1982.
Seperti yang ditulis di Catatan Facebook saya:
https://www.facebook.com/notes/miskar-kariti/al-itiroof/609012139152422
Tags:
Keagamaan
0 Komentar